Diplomat Norwegia Jadi Duta PBB untuk Suriah

New York- Sekjen Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres telah memberitahu Dewan Keamanan bahwa dia ingin menunjuk diplomat Norwegia Geir Pedersen sebagai utusan khusus berikutnya untuk Suriah yang dilanda perang.

"Saya senang memberitahu Anda tentang niat saya untuk mengumumkan penunjukan Geir O Pedersen sebagai Utusan Khusus saya untuk Suriah," tulis Guterres dalam surat yang dilihat oleh kantor berita AFP.

"Dalam mengambil keputusan ini, saya telah berkonsultasi dengan banyak pihak, termasuk dengan pemerintah Republik Arab Suriah," kata surat itu.

Para diplomat yang berbicara tanpa menyebut nama mengatakan Pedersen, yang saat ini menjadi duta besar Norwegia untuk China, mendapat persetujuan tidak resmi dari lima anggota tetap dewan - Rusia, China, Amerika Serikat, Prancis dan Inggris.

"Pedersen akan mendukung partai-partai Suriah dengan memfasilitasi solusi politik yang inklusif dan kredibel yang memenuhi aspirasi demokratis rakyat Suriah," kata sekjen PBB dalam suratnya.

Pedersen akan menggantikan Staffan de Mistura, yang mengumumkan bahwa awal bulan ini bahwa ia akan meninggalkan posisinya pada akhir November.

Mistura memegang posisi selama lebih dari empat tahun yang merupakan masa jabatan terpanjang tiga mediator PBB sejauh ini. Mistura mengaku berhenti karena alasan keluarga.

Sekjen PBB meminta komunitas internasional dan pemerintah Suriah untuk memberi Pedersen "dukungan yang bersatu dan tak tergoyahkan".

Diplomat Norwegia ini menghadapi kendala dalam menegosiasikan kesepakatan politik, yang Barat katakan diperlukan untuk membuka dukungan rekonstruksi dan mendorong sebagian besar jutaan pengungsi Suriah di Eropa dan Timur Tengah agar kembali.

Para pendahulu Mistura yakni mantan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan dan diplomat Aljazair Lakhdar Brahimi. Mereka berhenti karena frustrasi untuk menyelesaikan konflik Suriah.

Para pemimpin Turki, Rusia, Perancis dan Jerman bertemu di Istanbul akhir pekan lalu dan menyerukan solusi politik atas perang dan gencatan senjata permanen di benteng besar terakhir yang dikuasai Idlib.

Sumber: Suara Pembaruan